Hukum:

Judicial Activism Dan Pertimbangan Open Legal Policy Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi

Pengarang:
Bagus Surya Prabowo, S.H., M.H.

ISBN 978-979-538-550-9

Cetakan:
I / 2024

Tebal:
X + 218

Harga
Rp 97,000,-


Deskripsi Singkat:

Standar ganda dalam putusan pengadilan merupakan hal yang sangat ditakuti oleh para pencari keadilan. Terlebih lagi pengadilan tersebut bernama Mahkamah Konstitusi yang menjadi “Guardian of the Constitution” yang tiap putusannya sangat berdampak bagi keadilan masyarakat luas. Namun akhir – akhir ini, kita dipertontonkan berbagai macam putusan Mahkamah Konstitusi yang sangat tidak mengindahkan rasa keadilan kita sebagai masyarakat yang pada akibatnya dapat meruntuhkan marwah agung yang dimiliki Lembaga satu ini.

Buku ini hadir untuk memaparkan beberapa macam standar ganda dalam putusan Mahkamah Konstitusi. Dalam paparan tersebut, juga akan dijelaskan tentang doktrin judicial activism yang ada di Indonesia serta doktrin judicial restraint yang dibungkus dalam pertimbangan open legal policy pada perkara judicial review di Mahkamah Konstitusi. Melalui buku ini, dihadirkan beberapa putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan sebuah permohonan dengan menggunakan pertimbangan doktrin judicial activism dan disisi lain menggunakan pertimbangan open legal policy untuk menolak sebuah permohonan.

Lebih dari itu, buku ini juga menawarkan ide bagaimana seharusnya doktrin judicial activism dan pertimbangan open legal policy ini digunakan secara proporsional dan benar dalam setiap putusan judicial review di Mahkamah Konstitusi supaya mendapatkan keadilan yang bersifat substantif, dan tidak hanya keadilan prosedural belaka. Melalui buku ini, penulis mengajak pembaca berkeliling dalam sebuah perpustakaan hukum yang berisi teori – teori dan norma ideal untuk diterapkan di masyarakat.


Daftar Isi:

KATA PENGANTAR | v

DAFTAR ISI | vii

 

BAB I          PROLOG: Dinamika Judicial Activism dan Open Legal Policy | 1

A.    Latar Belakang | 1

B.    Independensi Kekuasaan Kehakiman | 10

C.    Judicial Review | 12

D.    Judicial Activism | 14

 

BAB II         Potret Judicial Review Di Dunia Internasional | 17

A.    Sejarah Judicial Review dan Mahkamah Konstitusi | 17

B.    Model Judicial Review di Beberapa Negara | 24

1.    Model Austria | 24             

2.    Model Amerika Serikat | 26

3.    Model Perancis | 28

4.    Model Jerman | 30

 

BAB III                        Dinamika Judicial Review di Indonesia        | 32

A.    Sejarah Berdirinya Mahkamah Konstitusi di Indonesia     | 32

B.    Asas Hukum Acara Mahkamah Konstitusi | 36

1.    Asas Independen dan Imparsial | 37

2.    Asas Ius Curia Novit | 38

3.    Asas Persidangan Terbuka untuk Umum | 39

4.    Asas Peradilan yang Cepat, Sederhana dan Murah | 40

5.    Asas Audi Et Alteram Partem | 40

6.    Asas Hakim Pasif dan Aktif dalam Persidangan | 41

C.    Kewenangan Mahkamah Konstitusi di Indonesia | 41

1.    Pengujian Konstitusionalitas Undang-undang | 41

2.    Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga      Negara | 44

3.    Perselisihan Hasil Pemilihan Umum | 44

4.    Pembubaran Partai Politik | 45

5.    Memutus Dakwaan Pemakzulan atau Pemberhentian Terhadap Presiden dan atau Wakil Presiden atas Usulan DPR | 45

D.    Penafsiran Hakim Konstitusi | 46

1.    Kedudukan Penafsiran dalam Hukum | 46

2.    Jenis Penafsiran Hukum dan Konstitusi | 48

 

BAB IV        Judicial Activism dalam Putusan Judicial Review di Mahkamah Konstitusi | 54

A.    Perdebatan Judicial Restraint atau Judicial Activism di Mahkamah Konstitusi | 54

B.    Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 012-016-019/PUU-IV/2006 | 56

C.    Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-V/2007 | 59

D.    Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 4/PUU-VII/2009 | 64

E.    Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 102/PUU-VII/2009 | 66

F.    Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 110-111-112-113/PUU-VII/2009 | 69

G.    Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 | 74

H.    Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-IX/2011 | 77

I.     Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 81/PUU-IX/2011 | 80

J.     Judicial Activism dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-X/2012 | 84

 

BAB V          Faktor-Faktor Mahkamah Konstitusi Menerapkan Judicial Activism dalam Beberapa Putusan Judicial Review | 87

A.    Mewujudkan Tujuan Hukum | 87

B.    Mewujudkan Asas Persamaan atau Non Diskriminasi | 90

C.    Menjaga dan Meningkatkan Sistem Demokrasi | 91

D.    Menjaga Stabilitas Sosial dan Politik di Masyarakat | 92

E.    Mewujudkan Moralitas Hukum | 93

F.    Menjaga Hak Warganegara dalam Keadaan Darurat | 94

 

BAB VI             Kebijakan Hukum Terbuka di Indonesia | 96

A.    Pembentukan Kebijakan Hukum di Indonesia | 96

1.    Pengertian Kebijakan Hukum | 96

2.    Institusi Pembuat Kebijakan Hukum | 98

3.    Proses Pembentukan Kebijakan Hukum | 103

B.    Dimensi Open Legal Policy dalam Hukum Tata Negara | 105

1.    Pengertian Open Legal Policy | 105

2.    Posisi dan Kewenangan Lembaga Negara Terhadap Open Legal Policy | 107

 

BAB VII       Penggunaan Pertimbangan Open Legal Policy dalam Putusan Mahkamah Konstitusi | 110

A.    Putusan Mahkamah Konstitusi yang Pro Terhadap Open Legal Policy | 110

B.    Putusan Mahkamah Konstitusi yang Memberikan Arahan Terhadap Open Legal Policy | 120

C.    Putusan Mahkamah Konstitusi yang Kontra Terhadap Open Legal Policy | 124

D.    Analisis Penggunaan Pertimbangan Open Legal Policy Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi | 131

 

BAB VIII     KONSISTENSI MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENERAPKAN DOKTRIN JUDICIAL ACTIVISM DAN PERTIMBANGAN OPEN LEGAL POLICY DALAM PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI | 142

A.    Analisis Putusan Norma Open Legal Policy Yang Menggunakan Judicial Activism | 142

1.    Putusan Mahkamah Konstitusi yang Konsisten | 143

2.    Putusan Mahkamah Konstitusi yang Tidak Konsisten | 147

B.    Faktor Mahkamah Konstitusi Konsisten dan Tidak Konsisten dalam Menerapkan Judicial Activism dan Open Legal Policy | 157

1.    Kualifikasi Perkara yang Ditangani Mahkamah Konstitusi | 157

2.    Faktor Substansi Permohonan | 160

3.    Faktor Sudut Pandang Pemikiran Hakim dalam Memutus Perkara | 161

C.      Hasil Analisis Putusan Judicial Activism dan Open Legal Policy di Mahkamah Konstitusi | 163

 

BAB IX        MEMPERKUAT POSISI UNDANG-UNDANG DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA MENGGUNAKAN DOKTRIN JUDICIAL ACTIVISM DAN PERTIMBANGAN OPEN LEGAL POLICY DALAM PUTUSAN JUDICIAL REVIEW DI MAHKAMAH KONSTITUSI | 168

 

BAB X          GAGASAN PENGGUNAAN ALAT UKUR DALAM PENERAPAN DOKTRIN JUDICIAL ACTIVISM DAN PERTIMBANGAN OPEN LEGAL POLICY DALAM PUTUSAN JUDICIAL REVIEW DI MAHKAMAH KONSTITUSI | 174

A.   Memaknai Ulang Doktrin Judicial Activism dan Pertimbangan Open Legal Policy | 174

1.   Makna Judicial Activism | 174

2.   Makna Open Legal Policy | 178

B.   Alat Ukur Penerapan Judicial Activism dan Open Legal Policy dalam Putusan Judicial Review di Mahkamah Konstitusi | 181

1.   Mewujudkan Asas Persamaan atau Non-Diskriminasi | 182

2.   Mewujudkan Tujuan Hukum | 184

3.   Menjaga dan Meningkatkan Demokrasi | 185

4.   Menjaga Stabilitas Sosial dan Politik Di Masyarakat | 187

5.   Menjaga Hak Warga Negara | 189

6.   Tidak Melanggar Moralitas, Rasionalitas dan Ketidakadilan Yang Intolerable | 190

7.   Tidak Menimbulkan Problematika Kelembagaan | 192

8.   Tidak Bertentangan Dengan Nilai Agama Dan Living Law | 193

 

BAB XI             PENUTUP | 196

 

DAFTAR PUSTAKA | 201

TENTANG PENULIS | 217


© C.V. Mandar Maju 2005 - 2025 (v.3.1.6). All Rights Reserved.